Friday, May 24, 2013

Bedah Teknologi Mesin Yamaha,Ducati


Yamaha dan Ducati,adalah dua pabrikan yang selalu diidentikkan dengan perseteruan sengit antara dua pembalap super,Valentino Rossi dan Casey Stoner.Keduanya adalah sorotan paling menarik dan paling ditunggu kala sirkus balap motor paling bergengsi Moto GP memulai era mesin 800cc pada 2007.
Tidak bisa dipungkiri,keduanya adalah anggota ras 'Alien' yang diibaratkan memiliki talenta di atas rata-rata pembalap yang dapat mengendalikan mesin prototype bertenaga monster dengan harmonis dan skill yang luarbiasa.
Namun di sudut pandang lain,itu semua tidak lepas dari peran pabrikan tempat mereka bernaung.
Dalam sejarah Moto GP,memang keduanya bukanlah yang paling sukses sebagai konstruktor yang mensuplai mesin-mesin motor menakjubkan ini.Honda memiliki rekor kemenangan yang lebih baik.Tetapi,kedua pabrikan ini adalah yang paling banyak menerapkan teknologi 'tak lazim' yang jarang dipakai kompetitornya untuk meracik motor balap tangguh.
Ducati selama ini terkenal dengan mesin Desmodromic yang mulai mereka gunakan sejak era 50an.Sementara Yamaha,mulai 2004,melalui tangan dingin Masao Furuzawa menerapkan sistem unik Crossplane Cranksaft pada motor kebanggaannya,YZR M1.Seperti apa sebenarnya 2 teknologi ini bekerja?
Berikut AngkasaPortal merangkum mengenai keduanya.
Desmodromic Engine (Ducati)

Ducati mulai menggunakan sistem ini mulai tahun 1950an,ketika Fabio Taglioni menemukan sistem buka tutup katup revolusioner ini.Mesin 4 stroke memiliki sistem yang sedikit lebih kompleks,mereka menggunakan sistem katup untuk mengatur irama letupan bahan bakar pada bilik pembakaran mesin.Pada mesin konvensional,sistem ini menggunakan pegas (atau dalam beberapa tipe menggunakan tabung redam pneumatic bertekanan udara) untuk membuat katup membuka dan menutup sesuai gerakan piston dan durasi cranksaft.Sistem ini mudah dan efektif,namun memiliki kelemahan saat putaran mesin mencapai kecepatan tinggi yang mengakibatkan daya pegas per tidak dapat mengimbangi gerakan piston yang lebih cepat.Hal seperti ini tidak terjadi pada sistem Desmodromic karena konstruksi buka tutup katup digerakkan oleh rocker arm atau tuas dinamis yang bergerak sesuai perputaran cranksaft.Sistem ini sangat sederhana,namun membutuhkan akurasi konstruksi yang sangat tinggi untuk memastikan mesin mampu memproduksi daya maksimal.Keuntungan dari sistem ini adalah,buka tutup katup dapat melayani kecepatan piston sampai batas yang jauh lebih tinggi karena semakin cepat piston bergerak maka semakin cepat pula katup memproduksi gaya yang sesuai dan memastikan mesin mampu memproduksi pembakaran yang maksimal di setiap putaran mesin.
Desmodromic telah mengantarkan Ducati menjadi ikon motor dengan performa mesin dahsyat dan durabilitas yang sangat tinggi.Tidak hanya di Moto GP,namun Ducati lebih terlihat superior di World Superbike.Dimana mereka dengan tangguh mampu mengasapi pabrikan jepang dengan rekor kemenangan yang belum terkalahkan.Lebih mengherankan mereka melakukannya dengan mesin 2 silinder dengan konfigurasi L Twin yang secara spesifikasi lebih inferior dibanding mesin Inline 4 cylinder milik pabrikan jepang.
Berikut adalah gambaran sistem Desmodromic bekerja.
Crossplane Crankshaft (Yamaha)

Sistem lain yang sedang menjadi perbincangan menarik bila mengarah pada fokus perseteruan Yamaha dan Ducati adalah Crossplane Crankshaft.Tidak seperti pada Desmodromic yang lebih menekankan pada maksimalisasi katup don power mesin secara keseluruhan,Yamaha mengadopsi Crossplane Crankshaft lebih untuk mendapatkan gaya tolak atau torque yang lebih merata serta redaman yang sangat tinggi pada area Crankshaft atau poros engkol.Terlihat sederhana,namun atas dasar konsep inilah yang mengantarkan Valentino Rossi merebut 4 kali juara dunia untuk Yamaha dan 2 kali lainnya melalui pembalap spanyol,Jorge Lorenzo.
Konstruksi seperti ini sejatinya bukan pertama kalinya digunakan pada mesin pembakaran internal,sebelumnya sistem seperti ini pernah diaterapkan Cadylac pada muscle car bermesin V8 milik merekap.Crossplane crankshaft adalah poros engkol dengan desain saling silang atau dengan kata lain memiliki durasi pengapian 90 derajat.
Hal ini baru pertama diterapkan karena biasanya mesin 4 cylinder menerapkan pola pengapian 180 drajat sehingga pembakaran dapat terjadi dengan pola merata dan durasi yang saling bergantian mulai silinder pertama sampai keempat.Sangat berbeda dengan tipe mesin Crossplane dimana pembakaran terjadi bergantian antara empat silinder namun dengan durasi yang tidak merata dikarenakan desain poros engkol yang saling bersilangan.Tujuan dibuatnya desain seperti ini adalah untuk memberikan tingkat redaman getaran mesin yang sempurna memanfatkan gaya tolak poros engkol yang saling bersilangan.Hasilnya,Yamaha M1 mampu melakukan proses berbelok dan berganti arah dengan sangat stabil dan kontrol yang maksimal.
Saat pertamakali prototype mesin inlen 4 cylinder dengan crossplane crankshaft pertama kali diuji coba,test rider membuat pernyataan yang membuat direktur teknis,Masao Furusawa,menjadi sangat tertegun.Test rider mengatakan bahwa Yamaha M1 dengan desain baru tersebut terasa sangat lambat daripada model sebelumnya.
Namun dari data yang dimiliki dalam pencatatan waktu tiap putaran,M1 baru tersebut membuat pencapaian yang lebih baik dibanding model lama.
Hal ini terjadi karena sistem Crossplane ini sangat-sangat lembut dan jauh lebih halus sehingga rider tidak merasakan efek agresif sehingga mereka bahkan merasa motor tersebut sangat lambat.
Saat ini,Yamaha adalah satu-satunya pabrikan yang menggunakan konfigurasi mesin Inline 4 cylinder di Moto GP.Dan saat ini juga adalah satu-satunya pabrikan yang menerapkan sistem crossplane cranksaft pada produk flagship produksi masal mereka,Yamaha YZF-R1.
Berikut adalah video official tentang detil sistem CrossPlane Cranksaft oleh Yamaha.

1 comment: